Suara dari Dearborn. Politik Muslim yang Membangun, Bukan Menantang
Di tengah riuh rendah politik Amerika yang sering kali didominasi oleh isu ras, ekonomi, dan migrasi, sebuah kabar datang dari kota kecil di Michigan. Abdullah Hammoud, putra keturunan Lebanon, terpilih sebagai Wali Kota Dearborn yang baru.
Kemenangan ini bukan sekadar rotasi kekuasaan di tingkat lokal, ia menandai babak baru dalam perjalanan politik Muslim di Amerika Serikat.
Kelahiran Generasi Baru
Pasca serangan 11 September 2001, menjadi Muslim di Amerika berarti hidup dalam bayang -prasangka. Tak terasa, dua dekade kemudian, generasi muda Muslim justru muncul sebagai bagian dari denyut politik baru.
Laiknya musim semi, lahir kemudian pemimpin muslim baru yang lebih terbuka, progresif, dan berani tampil di ruang publik. Hammoud adalah salah satu wajahnya.
Lulusan Harvard ini membawa semangat politik yang berbeda. Ia tidak berkampanye atas dasar agama, tetapi atas dasar keadilan sosial, kesehatan publik, dan hak-hak warga kota.
Di podium kemenangan, ia tidak berbicara tentang “kemenangan Muslim”, melainkan tentang “kemenangan warga Dearborn.” Pesan itu sederhana tapi kuat. Tak lagi ia meributkan identitas. Karena baginya, identitas bukanlah tembok, tapi jembatan.
Politik Kebijakan
Dearborn adalah kota dengan populasi Arab-Muslim terbesar di Amerika. Maka, sering kali kota ini menjadi sasaran stereotip media. Tapi di bawah kepemimpinan Hammoud, politik identitas itu berubah menjadi kekuatan produktif.
Lihat bagaiana ia berbicara tanpa nada berbeda kepada konstituennya. Tentang kualitas udara, pengelolaan sampah, dan transparansi anggaran. Ia menegaskan bahwa menjadi Muslim bukan berarti terjebak dalam politik simbol, melainkan berkontribusi nyata dalam kebijakan publik.
Fenomena Hammoud sejalan dengan munculnya nama-nama seperti Zohran Mamdani di New York dan Ruwa Romman di Georgia. Generasi politisi Muslim yang tidak hanya membawa suara minoritas, tetapi membawa visi moralyang lebih luas.
Bicara keadilan, kesetaraan, dan keberlanjutan bagi semua. Mereka bicara tentang upah layak, perumahan rakyat, dan juga isu perubahan iklim. Sesuatu yang terasa lebih universal dan mempersatukan warga lintas keyakinan.
Arah Baru Representasi
Kemenangan Hammoud menjadi simbol penting bahwa representasi Muslim di Amerika telah menempuh perjalanan panjang. Komunitas muslim dulu berjibaku membela hak untuk diakui. Kini mereka lebih percaya diri dan berani menuntut hak untuk memimpin.
Mereka kini bukan lagi sekadar sesuatu yang berjarak -- “liyan”, dalam narasi nasional Amerika. Tetapi bagian dari mainstream politics yang menentukan arah kebijakan kota dan negara.
Dalam konteks global, kisah Hammoud juga memberi inspirasi bagi dunia Muslim lainnya. Bahwa politik tidak selalu harus dimulai dari deklarasi sebuah ideologi besar. Tapi bisa dari aktivisme kecilyang menyimbolkan pelayanan konkret kepada masyarakat.
Dan mungkin, dari kota kecil seperti Dearborn inilah, politik Amerika belajar sesuatu yang lebih dalam lagi. Dań itu kini dari komunitas pendatang mayoritas muslim di kota kecil. Bahwa apa yang bisa disebut integrasi sejati bukanlah proses asimilasi. Rasanya lebih tepat kalau diistilahkan '' kehadiran'' yang lebih bermakna.
Amerika, mungkin sedang Melihat masa depan yang lebih tenteram..
DS
PL 101125 411 1
