Kemenangan Zohran Mamdani — Sebuah Salam Hangat Dunia, untuk New York!

 



Di bawah langit malam New York yang berpendar oleh sorak dan cahaya kamera, sejarah menulis bab yang belum pernah ada sebelumnya. Kota yang selama ini menjadi simbol ambisi dan kelelahan dunia, tiba-tiba menemukan denyut baru dalam sosok muda bernama Zohran Mamdani.

Kemenangan ini bukan sekadar hasil penghitungan suara; ia adalah pernyataan. Bahwa keberagaman bukan beban, melainkan sumber tenaga bagi sebuah kota untuk tumbuh. Bahwa seorang anak imigran Uganda, Muslim, dan keturunan Asia Selatan, kini dipercaya memimpin kota yang menjadi jantung demokrasi Amerika.

Di jalan-jalan Astoria, Queens — tempat di mana kampanyenya dulu berjalan dari pintu ke pintu — orang-orang menari di trotoar, sopir taksi membunyikan klakson panjang.. Dan langit malam penuh dengan teriakan “Yes, we can — again!” yang menggemakan semangat masa lalu dalam wajah baru.

Zohran berdiri di panggung kecil, diselimuti lampu dan teriakan cinta yang mengelu-elukannya. Ia tidak bersorak, tapi tersenyum — senyum yang mengandung keyakinan.

New York tidak akan lagi menjadi kota di mana Islamofobia bisa dijadikan alat untuk menang dalam pemilu,” katanya tegas. Sontak, ribuan tangan terangkat, bersorak, menepuk udara yang terasa lebih ringan dari sebelumnya.

Kemenangan ini adalah milik mereka yang selama ini tak dianggap! Para pekerja malam, ibu tunggal, pelajar imigran, pengemudi bus, penyair jalanan dan kaum yang ‘’terpinggirkan’’.  Pendeknya, semua yang hidup di antara megahnya gedung tinggi tapi jarang mendapat tempat dalam kesehariannya. Dan malam ini, mereka menjadi bagian dari cerita besar kota gemerlap itu..

Namun pesta ini memang bukan sekadar selebrasi identitas. Di balik tawa dan air mata, ada kesadaran baru: bahwa kemenangan sejati belum akan datang dengan segera. Ia baru dimulai. Sebab politik yang benar bukan tentang menaklukkan lawan, tapi tentang memulihkan keadilan dan memperbaiki cara kota memperlakukan warganya.

Dan Zohran tahu itu.

Mulai 1 Januari mendatang, ia akan melangkah ke Balai Kota sebagai wali kota ke-111 New York. Dari sana, ia akan membawa visi sederhana namun revolusioner  transportasi publik gratis, sewa yang lebih adil, penitipan anak universal, dan kota yang peduli pada warganya. Bukan hanya pada pasarnya.

Wow, New York akan bergerak. Bukan hanya dengan langkah cepat, tapi dengan arah yang benar. 

Dunia akan memperhatikannya. Dengan harapan bahwa, jika perubahan bisa dimulai di kota sebesar New York, maka ia bisa menjalar ke mana pun manusia berani bermimpi.

Dan ketika Zohran menutup pidatonya malam itu, ia menatap kamera dengan senyum tenang, lalu menyapa ‘’masa lalu’’ yang masih keras kepala. Kata-katanya seperti menantang..

“Donald Trump, karena aku tahu Anda kini sedang menonton. Aku punya empat kata untuk Anda — turn the volume up!

Kata-kata itu disambut tawa dan tepuk tangan panjang. Bukan ejekan, tapi peringatan. Bahwa suara masa depan kini lebih nyaring ketimbang gema masa lalu, status quo.

Selamat, New York. Selamat Zohran Mamdani. Kota ini kini punya alasan baru untuk percaya pada masa depan — dan dunia pun ikut berdebar bersamanya. 

DS

PG 05 11 25 411 1

 

 

Baca Juga
Berbagi
Suka dengan artikel ini? Ajak temanmu membaca :D
Posting Komentar